Audio interface atau soundcard sekarang ini rata-rata menyediakan
fasilitas untuk menentukan bit depth dan sample rate untuk project
tertentu, tapi perbedaan apa yang benar-benar dibuat oleh keduanya pada
kualitas audio? Untuk membantu kalian memahaminya, berikut gambaran yang
mungkin bisa jadi referensi.
Bit depth – 16 Bit vs 24 Bit
Cara termudah untuk memahami bagaimana sebuah project yang direkam
pada 16 bit akan terdengar berbeda dengan sebuah project direkam pada 24
bit adalah untuk membuat perbandingan langsung pada gambar
digital. Karena dalam dunia digital baik gambar atau file audio disimpan
secara digital pada komputer yang diwakili oleh serangkaian bilangan
angka 1 dan 0. Kelompok ini 1s dan 0s dikenal sebagai bit dan itu adalah
jumlah bit yang digunakan yang menentukan seberapa rinci gambar (atau
audio) yang dihasilkan. … mulai bingung???
Audio yang direkam pada bit depth sedikit lebih rendah akan terdengar
kasar dan kurang didefinisikan karenanya merekam audio pada 24 bit akan
memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada sesuatu yang direkam pada
16 bit. Jadi mengapa semua orang tidak merekam pada 24 bit? Audio yang
direkam pada 24 bit akan menggunakan lebih banyak bit dalam sebuah file
dan dengan demikian file-file tersebut akan jauh lebih besar
ukurannya. Mereka akan mengambil ruang disk lebih banyak dan mereka juga
membutuhkan daya komputasi yang lebih untuk proses. Jadi bagaimana kita
memilih bit depth untuk merekam lagu? Pilihan terbaik adalah membeli
audio interface atau soundcard dengan bit depth yang lebih tinggi misal
support 24 bit, tetapi gunakan hanya bit depth yang lebih tinggi sesuai
project yang dibutuhkan. Sebagai contoh mungkin lebih efisien untuk
menggunakan 16 bit jika project kalian ditujukan untuk demo song,
transmissin FM atau streaming internet, atau hanya untuk merekam materi
lagu. Sangat di sarankan untuk home recording menggunakan 16 bit. Lagi
pula untuk telinga kebanyakan pendengar musik di Indonesia yang terbiasa
dengan kualitas audio kelas bajakan, rekaman pada 24 bit mungkin hanya
untuk kepuasan pribadi. Bahkan kebanyakan kualitas CD audio hanya 16 bit
44,1 Khz. Tapi bila resources anda memungkinkan kenapa tidak mencoba 24
bit recording atau mungkin 32 bit. Intinya tujuan anda merekam akan
banyak menentukan pada bit depth rate berapa anda merekam.
Sample Rate
Sample rate akan sedikit lebih rumit untuk dijelaskan. Sample rate
adalah jumlah “snapshot” dari sampel audio yang di rekam setiap
detiknya. Stream audio kontinus dikodekan secara digital dalam cara yang
mirip dengan kamera film menangkap gerak dengan merekam sebuah frame
gambar berulang kali per detik (frame rate). Sebagai ilustrasi yang
disederhanakan, jika kalian merekam seorang pelari dengan frame rate 30
frame per detik. Kamera kalian hanya akan menangkap sebanyak 30 frame
atau gerakan dari pelari itu setiap detiknya, walaupun sebenarnya pelari
itu melakukan gerakan yang lebih banyak dari 30, misalnya 60 lebih
gerakan. Nah, dengan meningkatkan frame rate jadi 50 frame per detik,
maka kualitas video yang di hasilkan akan lebih halus karena merekam
lebih banyak frame dan mendekati gerakan aslinya. Begitupun pada digital
audio, sample rate yang tinggi (dan juga bit depth), akan mewakili
sumber bunyi yang direkam secara lebih akurat.
Makin tinggi sample rate yang kalian gunakan untuk reording, maka
makin besar juga ukuran file audio. 44.1k mengacu pada 44.100 sampel per
detik dan kalian akan menemukan bahwa 44.1k, 48k dan 96K adalah sample
rate yang paling umum meskipun 192k sekarang menjadi lebih
populer. 44.1k adalah standar untuk CD, 48k adalah umum dalam video, 96K
populer di studio profesional karena ia menawarkan headroom lebih untuk
tujuan mixing dan 192k digunakan untuk project-project berkualitas
sangat tinggi DVD (DVD biasa proyek beroperasi pada 24bit 96K). Hal lain
yang perlu dipertimbangkan adalah telinga manusia. Salah satu indra
manusia yang luar biasa ini, terbatas berkaitan dengan frekuensi yang
benar-benar bisa dideteksi. Cara terbaik adalah untuk tidak merekam pada
sample rate dibawah 44.1k karena formula dari “Frekuensi Nyquist” yang
menunjukkan bahwa bandwidth audio dari sinyal sampel dibatasi setengah
dari sampling rate. Jadi untuk mencakup rentang sekitar 20kHz untuk
pendengaran manusia, audio harus berada pada sampel lebih dari 40.000
(40k) per detik. Sederhananya … Mengurangi sample rate akan mengurangi
kualitas suara dan bandwidth, dan karena itu hanya harus digunakan bila
benar-benar diperlukan, seperti untuk streaming internet atau voice-only
seperti podcasting.
Bagaimana keduanya berhubungan?
Ini mungkin paling baik diilustrasikan dalam diagram. Lihat grafik di bawah yang menunjukkan hubungan antara keduanya.
korelasi sample rate dan bit depth
Kita telah mengetahui bahwa Bit depth mengacu pada jumlah bit yang
kita miliki untuk menangkap sinyal audio. Cara termudah untuk melihat
bagaimana ini akan mempengaruhi musik akan dilihat sebagai serangkaian
level audio yang dapat diiris pada suatu waktu tertentu. Misalnya untuk
audio 16 bit ada lebih dari 65536 level yang dimungkinkan. Dengan setiap
bit dari resolusi yang lebih besar, jumlah level akan berlipat
ganda. Jika kita merekam pada 24 bit maka kita akan memiliki lebih dari
16777216 level untuk sepenggal audio dalam sekejap waktu.
Keuntungan terbesar rekaman pada bit depth yang lebih tinggi adalah
headroom ekstra yang tersedia selama proses mixing berkaitan dengan
dynamic range dan floor noise dari sebuah system digital
recording. Jumlah tambahan nilai yang mungkin untuk level indicator
memberikan dynamic range yang lebih baik dan menurunkan floor noise. Ini
sangat jelas untuk pengguna karena level ditunjukkan dalam desibel yang
merupakan unit logaritmik dari intensitas bunyi atau dengan kata lain
desibel adalah rasio daripada nilai yang didefinisikan. Sekali lagi ini
adalah yang terbaik digambarkan oleh diagram.
Jika kita kemudian memperkenalkan waktu ke dalam persamaan (setelah
semua audio dalam satu waktu) maka ini akan menghadirkan sample rate.
Sebagaimana dibahas di atas sample rate adalah jumlah kali audio kita
diukur (disampel) per detik. Oleh karena itu mengacu pada 96kHz adalah
96000 irisan audio sampel setiap detik.
Perhitungan nilai bit rate dan file size
Bit rate = (sampling rate) x (bit depth) x (jumlah channels)
Contoh untuk recording dengan sampling rate 44.1 kHz, 16 bit depth, dan 2 channels (stereo):
44100 x 16 x 2 = 1411200 bits per detik atau 1411.2 kbit/detik atau 1,41 Mbit/detik
file size dari audio recording dapat juga dihitung dengan formula:
File Size (Bytes) = (sampling rate) x (bit depth) x (number of channels) x (seconds) / 8
Contoh Recording kualitas dengan kualitas setara CD sepanjang 70
minutes (4200 detik)
membutuhkan 740880000 Bytes, atau 740MB, hasil
dari:
44100 x 16 x 2 x 4200 / 8 = 740880000 Bytes
berikut ini table sebagai gambaran pengaruh sample rate dan bit depth pada ukuran file.
demikian penjelasan mengenai bit depth dan sample rate, mudah mudahan bisa memberi pencerahan
Source: diterjemahkan dan di edit oleh
temanmusisi.com dari
http://www.dolphinmusic.co.uk
SUMBER : http://namercd.wordpress.com/2013/03/13/pengertian-bit-depth-dan-sample-rate-dalam-digital-recording/